Dasar laut Pantai Nglambor bagai akuarium
semesta yang menyimpan sejuta pesona. Atas jasa sepasang "kura-kura
raksasa" yang mampu menjinakkan garangnya ombak dari Samudera Hindia, panorama
bawah laut di pesisir selatan ini pun bisa diselami keindahannya.
Ganasnya ombak pantai-pantai di selatan Jogja sering kali membuat orang
bergidik ngeri dan segan untuk mendekati. Ombak yang datang berkejaran dari
arah lautan luas seolah berlomba menghalau agar kita tak mendekati airnya. Tak
seperti pantai-pantai di sisi utara Jawa yang lebih ramah, tepian daratan yang
langsung menyapa luasnya Samudera Hindia ini bukan tempat sesuai untuk
menikmati asyiknya berenang di air asin atau serunya snorkeling
menyaksikan keindahan panorama bawah laut bersama ikan-ikan kecil. Hingga kita
terpaksa harus puas bermain air di pinggiran, di tempat buih-buih lautan mulai
menghilang. Namun ketika YogYES berkunjung ke Pantai Nglambor, berenang dan snorkeling
di pantai selatan yang tadinya terasa tak mungkin, nyatanya bisa dilakukan.
Trekking sekitar lima belas menit dari tempat parkir menjadi pilihan
YogYES untuk mengakhiri tiga jam perjalanan terguncang-guncang di atas
kendaraan. Medan yang terlalu berbahaya dengan jalanan menukik curam
mengharuskan kami berjalan kaki atau menyewa jasa ojek berpengalaman daripada
membawa kendaraan hingga ke dekat pantai sendirian.
Melewati celah pagar tanaman pandan laut (Pandanus tectorius), kami
sampai di bibir pantai. Segerombolan anak muda dengan jaket pelampung berwarna
jingga menyala lengkap dengan peralatan snorkel lainnya, terlihat
antusias dan tak sabar ingin segera berenang dan menyelam di perairan dangkal.
Kawasan Pantai Nglambor merupakan salah satu destinasi snorkeling di
kawasan pesisir selatan Jogja yang memiliki panorama dasar laut menakjubkan
dengan ragam terumbu karang dan biota laut. Ikan jenis Sergeant Major, Jambrong
dan beberapa ikan kecil lainnya adalah penghuni tetap yang terlihat sering
berenang bergerombol atau bermain petak umpet di celah-celah terumbu karang.
Pemandangan cantik yang tertutup ombak ini sangat dijaga oleh masyarakat
sekitar Pantai Nglambor. Bahkan kawasan pantai ini merupakan daerah budidaya
beberapa jenis ikan serta lokasi konservasi terumbu karang dan biota laut
lainnya. Tradisi upacara sedekah laut Ngalangi pun juga dilakukan di pantai
ini. "Ngalangi" dalam bahasa Jawa berarti menghalangi atau melarang.
Masyarakat sekitar pantai Nglambor melarang siapapun untuk menangkap ikan di kawasan
pantai kecuali sekali dalam setahun, di luar musim pemijahan ikan. Prosesi
penangkapan ikan pun hanya bisa dilakukan dengan menggunakan gawar, semacam
jaring dari akar pohon wawar yang dipancangkan dan dihalau bersama-sama ke laut
oleh masyarakat setempat.
Seolah tak mau kalah, alam pun turut menjaga dan mempertahankan keelokan
akuarium semesta ini dengan memerintahkan dua karang kura-kura raksasa untuk
berpatroli menjaga pantai. Dengan gagah "Watu Kalong" dan "Watu
Kuntul" menjinakkan ombak-ombak garang agar tak terlalu keras memukul
bibir pantai. Keberadaan dua karang kura-kura raksasa inilah yang membuat
terumbu karang Pantai Nglambor tidak rusak dihempas gelombang, sekaligus aman
untuk snorkeling.
Mengenakan peralatan snorkel lengkap dengan sepatu dan jaket pelampung,
kami pun segera menyapa para penghuni zona neritik dibantu oleh salah satu
pemandu. Kebetulan saat kami datang adalah waktu terbaik untuk snorkeling,
di saat air laut belum pasang namun juga tak terlalu surut. Terdapat dua
persewaan alat snorkel di pantai ini, Bintang Nglambor Snorkeling (BNS)
dan Pokdarwis Nglambor Lestari, hingga kami tak perlu bersusah payah membawa
peralatan dari rumah.
Sisa-sisa ombak pantai selatan yang telah dijinakkan memberikan sensasi
tersendiri ketika snorkeling di Pantai Nglambor. Tak jarang ketika kami
sudah bersusah payah berenang agak ke tengah, ombak menyeret kami hingga ke
tepian lagi. Dengan keahlian seorang pemula, kami menyelam dengan sangat
hati-hati agar tak menginjak terumbu karang dan merusak ekosistem dasar laut di
pantai ini. Kami tak ingin menambah ancaman kerusakan terumbu karang yang
disebabkan oleh aktivitas manusia seperti penangkapan ikan yang berlebihan,
pembangunan daerah pesisir dan adanya pemutihan terumbu karang (coral
bleaching). Karena bagian dasar laut nan memukau dihadapan kami memerlukan
waktu yang sangat lama untuk berdandan mempercantik diri. Jika ekosistem dasar
laut ini rusak, maka usaha masyarakat sekitar dan dua kura-kura raksasa penjaga
pantai akan terasa sia-sia. Pantai Nglambor dengan seluruh penghuninya telah
memanjakan mata dengan semua riasan alamnya nan mempesona. Sebagai penikmatnya
tak ada salahnya kita ikut menjaga kelestariannya, bersama masyarakat sekitar
meringankan tugas dua karang kura-kura raksasa.
Usai bercanda dan berfoto bersama ikan-ikan, bebatuan karang di sisi selatan
pantai nan teduh menjadi incaran untuk beristirahat sejenak, menikmati sepoi
angin laut sambil mengeringkan pakaian. Tak jauh dari tempat kami duduk ada
sebuah sumber air tawar yang memancar dari celah batuan kecil-kecil. Awalnya
kami merasa heran melihat ada sumber air tawar di tepi pantai. Namun fenomena
air tawar yang muncul di Pantai Nglambor ternyata dikarenakan adanya lorong
karst menyerupai pipa U yang berfungsi sebagai saluran air tanah, seperti yang
dikatakan salah seorang peneliti karst ahli klimatologi dari LIPI.
Terbuai hembusan angin pantai, kami tak sadar matahari semakin tinggi dan
baju yang tadinya basah sudah mengering. Kami segera beranjak, berganti pakaian
bersih dan mengemasi perbekalan. Kini sudah waktunya mengucapkan salam
perpisahan pada sepasang kura-kura raksasa dan membiarkan keduanya melanjutkan
tugas menjaga pantai seperti biasa.
0 komentar:
Posting Komentar