Nasi Liwet adalah kuliner yang terdiri
dari nasi gurih (dimasak dengan kelapa) mirip nasi uduk, yang disajikan
dengan sayur labu siam, ditambah dengan suwiran ayam (daging ayam
dipotong kecil-kecil) dan areh (semacam bubur gurih dari kelapa).
sebagai orang yang tinggal di karisidenan Surakarta atau kotasolo,
makanan ini sudah tidak asing lagi bagi saya. orang-orang solo kota
sudah biasa memakan nasi liwet setiap waktu mulai dari untuk sarapan,
sampai makan malam. Nasi liwet biasa
dijajakan keliling dengan bakul
bambu oleh ibu-ibu yang menggendongnya tiap pagi atau dijual di warung
lesehan (tanpa kursi) hingga dipinggir jalan baik pagi maupun malam
hari. Bahkan hotel-hotel berbintang yang ada di kota Solo banyak yang
menyediakan Nasi Liwet breakfast , hingga tamu tamu hotel yang
berasal dari luar negeripun seperti bule-bule juga menyukai makanan ini.
karena lebih terasa gurih dan tidak pedas. apalagi mereka orang barat
tidak terlalu suka makanan yang terlalu pedas.
Nasi liwet merupakan kuliner yang cukup
unik di kota Solo, karena Nasi liwet terkenal dengan teksturnya yang
pulen dan rasanya yang gurih. Rasa gurih ini muncul dari hasil rebusan
nasi yang dimasak dengan cara dikaru (dituangi) dengan air santan
kelapa. Keunikan lain dari nasi liwet juga terletak pada cara
penyajiaannya yang menggunakan daun pisang sebagai pembungkus dan
berfungsi sebagai suru-nya (sendok). Keberadaan nasi liwet kini sudah
merambah di kota-kota sekitarnya, seperti Yogyakarta, Klaten, Boyolali
atau Sragen. Bahkan tidak hanya hotel saja, banyak restoran mewah di
kota-kota besar (Jakarta, Bandung, Surabaya) menjadikan nasi lewet khas
Solo ini sebagai menu utama.
Bahkan sebanyak 30 Ikon Kuliner
Tradisional Indonesia (IKTI) atau masakan khas Indonesia wajib diajarkan
di seluruh sekolah pariwisata. dan selain rendang yang sudah terkenal
di dunia, Nasi Liwet masuk salah satunya diantara 30 Ikon Kuliner
Tradisional Indonesia. menurut Direktur pengembangan wisata minat
khusus. Achyaruddin, penetapan 30 IKTI itu bertujuan untuk
menyetandarkan nomenklatur kuliner tradisional Indonesia serta
menyetandarkan resep dan proses kuliner tradisional Indonesia melalui
dapur uji coba. “Ini juga sebagai upaya untuk mengembangkan kuliner
Indonesia di pasar dunia di samping untuk melestarikan kekayaan kuliner
tradisional kita,” katanya.
SEJARAH NASI LIWET
Sejarah atau asal muasal Nasi liwet
sebenarnya berawal dari peringatan bulan maulud nabi, dimana setiap
bulan maulud masyarakat solo rutin menggelar upacara selametan atau yang
biasa disebut dengan (Kenduri). Upacara Selametan itu ditujukan untuk
memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW dengan harapan mendapatkan
berkah. Dalam sumber tradisi lisan, konon utusan Gusti Pangeran itu
gemar menyantap nasi samin. Di Karenakan orang Jawa tidak bisa memasak
nasi samin, maka mereka membuat nasi yang menyerupai nasi samin, yakni
nasi liwet.ika kita baca Serat
Centhini (1814-1823), nasi liwet dihadirkan ketika Pulau Jawa diguncang
gempa bumi. Oleh karena itu Nasi liwet dihadirkan dengan sebaris doa
yang dilantunkan untuk keselamatan. Dalam naskah kono itu juga memuat
kalimat: liwet anget ulam kang nggajih atau wus lumajeng ngarsi atau sadaya kemebul.
dan sebuah cerita mengatakan dulu Paku Buwana IX (1861-1893) memborong
nasi liwet untuk para pangrawit keraton. Ketika hendak pulang, para
penabuh gamelan keraton disediakan makanan nasi liwet. Para pangrawit
diminta makan supaya istrinya nanti tidak repot menyiapkan sarapan (di
rumah).
Dari cerita ini, nasi liwet ternyata
sejak dulu memang sudah termasuk kuliner khas pada jaman kerajaan Solo
masih berjaya. Perjalanan wisata kuliner nasi liwet bergerak di dalam
ruang yang berbeda dari masa ke masa, Nasi liwet sanggup bertarung di
tengah arus kuliner beraroma modern. Kuliner lawas yang sederhana,
sesederhana nasi liwet tidak kalah dengan kuliner yang dikemas mewah.
Nasi liwet menerabas batas dan sekat-sekat sosial baik kaya-miskin,
pribumi-nonpribumi, dari orang kantoran hingga jalanan.
Didalam budaya Jawa, Nasi liwet mempunyai
banyak makna bahkan menurut Mardiwarsito dalam buku Peribahasa dan
Saloko Bahasa Jawa (1980), Nasi (bahasa Jawa: sego, sekul) sangat kaya
pesan dan makna. menjelaskan beberapa pesan kultural tentang nasi (sego, sekul).
Bisa dicontohkan ,bahwa sekul pamit (nasi berpamit), yakni terlambat
mengerjakan sesuatu dan tidak memperoleh upahnya. Suatu ajaran bagi kita
tentang pentingnya kedisiplinan. Sekul urug (nasi timbunan) yakni
segala sesuatu yang tiada faedahnya. Menimbun dengan nasi sama saja
tindakan bodoh, bakal sia-sia karena akan lenyap.
Beberapa pesan dan makna dari sepincuk
nasi ini menggambarkan luasnya implikasi atau efek sosial-kultural
kedekatan manusia Jawa dengan nasi, bagian primer dari nasi liwet.
Ekspresi kultural tersebut mengajarkan keutamaan hidup manusia tidak
hanya urusan makan (muluk), namun juga mengungkap nilai-nilai lain yang
kudu dijunjung terkait tindakan manusia dalam melakoni hidup dan
kehidupan. Merawat kuliner khas Nusantara seperti nasi liwet tanpa
beralas piring dengan duduk lesehan sama sekali tidak melunturkan
derajat dan harga diri kita sebagai sebuah bangsa.
Oleh karena itu jika sedang memburu
kuliner di kotasolo terutama Nasi liwet jarang sekali ditemui pedagang
nasi liwet menyajikan makananya dengan piring, pasti penyajiannya
menggunakan pincuk daun pisang. dan juga makanan ini disajikan dengan
lesehan dipinggir jalan (nggelar kloso).
RESEP DAN CARA MEMBUATNYA
Bagi wisatawan atau para pembaca yang
penasaran bagaimana cara membuat Nasi Liwet, di kotasolo ada Sentra
pedagang nasi liwet , atau desa kreatif yang rata rata para penduduknya
pekerjaan setiap harinya adalah membuat Nasi Liwet, pusatnya yaitu di
desa Duwet dan desa Menuran Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo yang
berbatasan langsung dengan Industri batik daerah Laweyan kota Solo.
meskipun secara administratif masuk wilayah Sukoharjo yang masih satu
karisidenan Surakarta. secara menu cara memasak Nasi liwet terhitung
sedikit ribet bagi orang-orang yang ingin memasaknya untuk sekedar makan
pagi atau malam dirumah, karena Nasi liwet terdiri dari tiga resep atau
tiga kali masak diantaranya adalah : Nasi liwet gurih, Ingkung Ayam ,
Telur Pindang dan Areh
Nasi liwet gurih
Bahan :
Cara memasak :
- 250 gram beras
- 2 lembar daun salam
- 1 batang serai, di ambil putihnya, dimemarkan
- Garam secukupnya
- 600 ml santan dari 1/2 butir kelapa
Rebus beras, daun salam, serai, garam, dan santan sampai mendidih. Tutup panci. Kecilkan api. Masak sampai matang sambil sesekali di aduk. Angkat. Aduk-aduk sampai pulen.
Ayam Ingkung ( Opor )
Bahan :
- 1 ekor ayam kampung
- Santan 1000 ml dari 1 butir kelapa
- Salam 2 lembar
- Daun jeruk 3 lembar
- Serai 2 batang , memarkan
- Lengkuas 3 cm, memarkan
- Gula merah 1 sendok makan
- Garam secukupnya
Bumbu halus :
- 8 butir bawang merah
- 2 siung bawang putih
- 6 butir kemiri
- 1 sendok teh ketumbar
- 2 cm kunyit
Cara memasakMasak ayam dan semua bumbu serta santan, ungkep dengan api kecil hingga kuah menyusut dan santan mengental, sambi l sesekali di aduk dan di koreksi rasanya. Angkat ayam..sisihkan kuah santannya untuk membuat areh.Sayur Labu SiamBahan :
- 2 buah labu siam, dipotong korek api
- 8 butir bawang merah, diiris
- 4 siung bawang putih, diiris
- 2 lembar daun salam
- 2 cm lengkuas, dimemarkan
- 4 buah cabai merah, dibuang biji, di haluskan ( Jika suka pedas, bijinya tidak perlu di buang, kalau aku aku buang..biar Yodha bisa tetep makan )
- 10 buah cabai rawit utuh
- 1/2 sendok makan ebi, rendam air hangat, haluskan
- 1 sednok teh kaldu bubuk
- Garam secukupnya
- Gula merah 1/2 sendok makan
- 800 ml santan dari 1/2 butir kelapa
- 2 sendok makan minyak goreng untuk menumis
Cara memasak :Tumis bawang merah, bawang putih, dan cabe halus hingga harum dan matang, masukkan ebi,aduk rata. Tuang santan dan bumbu2 lain, tunggu sampai mendidih, baru masukkan labu dan masak hingga matang. Koreksi rasa.Telur Pindang
Bahan :
Cara memasak :
- 4 butir telur rebus, kupas
- 1500 ml air
- 1 1/2 sendok teh garam
- Segenggam kulit bawang merah ( bisa juga pakai daun jati )
- 2 lembar daun salam
Rebus semua bahan hingga telur kecoklatan
Areh kuning
Areh putih
- 2 butir telur dan kuah santan ayam seckupnya, aduk rata , lalau kukus hingga matang.
- 1 butir putih telur, kocok hingga kaku,masak dengan santan kental dan garam secukupnya.
KANDUNGAN GIZI NASI LIWET
Nasi liwet tentunya mempunyai nilai gizi
tinggi dilihat dari bahan utamanya seperti Nasi gurih, ayam kampung,
telur pindang, sayur labu siam dan areh dan tentunya secara filosofi
orang jawa, mereka lebih memilih bahan-bahan yang sangat tradisional,
bahkan ayam serta telur nya pun menggunakan kampung.
- Ayam Kampung, nutrisi yang penting dalam ayam kampung terdiri dari berbagai macam diantaranya adalah Air 60-70%, protein setiap daging ayam dewasa mencao 18,1%. Selain itu Ayam Kampung adalah sumber vitamin B, berupa vitamin B1, B2, niasin, asam pantotenat, B6, folasin, dan B12. Vitamin B akan keluar dari daging jika daging ayam direbus. Tidak seperti ayam ras yang kandungan lemaknya 15,06 %, kandungan lemak ayam kampung justru lebih rendah, yakni 12 %. Dan ayam kampung juga mengandung banyak Zat Mineral, Pigmen yang membuat daging ayam berwarna merah mengandung zat besi (Fe) yang mudah diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh manusia. Selain zat besi, daging ayam juga banyak mengandung phosphor dan kalium. Zat mineral lain yang dikandungnya adalah kalsium (K), magnesium (Mg), natrium (Na), seng (Zn), kuprum (Cu), dan mangan (Mn).
- Telur Kampung, telur kampung mengandung mengandung zat yang dibutuhkan tubuh seperti kalori , protein, karbohidrat, kalsium,fosfor , zat besi dan vitamin A.
- Labu Siam , Labu siam mengandung beberapa vitamin dan nutrisi penting . Satu setengah cangkir porsi menyediakan sekitar 17% dari kebutuhan vitamin C . Selain itu, buah sayuran ini juga mengandung vitamin B kompleks, seperti folat sejumlah 61 mcg dan sejumlah kecil niacin, thiamin, riboflavin, asam pantotenat dan vitamin B6. Vitamin B berperan penting dalam proses metabolisme tubuh. buak labu siam juga mengandung zat mineral seperti zat besi, mangan, fosfor, seng, dan tembaga.
Sumber : https://dsukmana.wordpress.com/2015/10/17/citarasa-nasi-liwet-khas-tradisional-solo-penuh-makna-dan-mendunia/
0 komentar:
Posting Komentar